Minggu, 26 November 2017

Solusi Penanggulangan Limbah Deterjen

Solusi Penanggulangan Limbah Deterjen


             Deterjen, merupakan surfactant anionik dengan gugus alkil atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari natrium yang berasal dari turunan minyak bumi ( fraksi parafin & olefin ).

Tak dapat terelakkan lagi, penggunaan deterjen dalam kehidupan sehari – hari memang sudah sangat membudaya. Padahal penggunaan deterjen yang berlebihan dapat mengakibatkan banyak sekali permasalahan lingkungan. Bagaimana tidak, kandungan bahan bahan kimia dalam deterjen seperti fosfat, surfactant ( surface active agent ), maupun bahan kimia lainnya dapat mengganggu ekosistem perairan yang terkena limbah tersebut.

Contohnya saja kandungan 3,4 benzopyrene, selain berguna dalam melarutkan bahan bahan seperti noda, zat ini juga bersifat karsinogen, yaitu bersifat penyebab kanker. Kandungan zat kimia dalam deterjen lainnya juga dapat menimbulkan rasa gatal dan bahkan terbakar

            Ada dua alat ukur yang digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat keamanan prodk kimia di lingkungan, yaitu tingkat racun ( toxicity ) dan daya urai ( biodegradable ). Dalam lingkungan, deterjen memiliki tingkat daya urai yang sangat rendah sehingga dapat dikatakan non biodegradable.

            Kerugian lainnya dalam penggunaan deterjen adalah terjadinya eutrofikasi, yaitu proses pembuahan yang tak terkendali bagi populasi tanaman eceng gondok dalam ekosistem yang diakibatkan oleh fosfor dalam deterjen. Selain itu, fosfor juga menyebabkan pendangkalan sungai dan iritasi pada kulit manusia karena memiliki pH antara 10 – 12.

Pada umumnya, deterjen mengandung :

-          Surfactant ( surface active agent )

Merupakan zat aktif permukaan yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfactant dapat berupa anionik ( Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS ), Kationik ( Garam Ammonim ), Non ionic ( Nonyl Phenol Polyethoxyle ), dan Amphoterik ( Acyl Ethylenediamines ).

-          Builder ( Pembentuk )
 

Berfungsi memaksimalkan kinerja surfactant dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air, baik berupa fosfat, asetat, silikat, maupun sitrat.

-          Filler ( Pengisi )

Berfungsi sebagai penambah kuantitas deterjen sehingga terlihat lebih banyak meskipun tidak dapat menambah daya cuci deterjen seperti Natrium Sulfat ( Na2SO4 )

-          Addictives

Zat kimia tambahan seperti pewangi, pelembut, dan pelarut yang memberikan nilai tambah dalam deterjen tersebut seperti NaCl dan Carboxy methyl cellulose ( CMC ).

Zat – zat kimia dalam deterjen jika terlalu banyak menumpuk dalam air dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap ekosistem perairan, oleh karena itu dilakukan banyak cara untuk menanggulangi limbah dari deterjen, salah satunya adalah dengan mengandalkan bahan kimia dengan teknik koagulasi. Beberapa bahan kimia yang digunakan adalah koagulan kimia seperti Poli Alumunium Klorida, garam aluminat seperti tawas, dan sebagainya.

Dapat juga dengan Teknik Filtrasi, yaitu menggunakan bantuan media filter seperti pasir ( misalnya : dolomit, silika, maupun antrasit ), senyawa mineral seperti kapur dan karbon, membran ( RO, Dialisis, Osmosis ), biofilter ataupun teknik filtrasi lainnya.

Cara lainnya adalah dengan Bioremoval dan Bioremidiasi. Bioremoval yaitu teknik pengolahan menggunakan biomaterial atau bahan organik seperti lumut, daun teh, sekam padi, maupun sabut kelapa, atau dengan bahan anorganik seperti tanah gambut, lumpur aktif dan sebagainya. Sedangkan Bioremidiasi merupaka tingkat lanjut dari Bioremoval, yaitu dengan menggunaka mikroorganisme seperti bakteri, kapang, jamur aerobik maupun anaerobik, atau dengan menggunakan alga, tanaman, dan hewan.

Dan cara terakhir yaitu dengan teknik RO atau Reverse Osmosis. Penggunaan cara ini memakan biaya yang cukup murah dan efisien serta kualitas air yang dihasilkan cukup baik.

Pengguunaan deterjen yang berlebihan dapat berakibat buruk, baik bagi kita manusia, maupun hewan dan tumbuhan. Dengan mengurangi penggunaan deterjen, kita dapat membantu melestarikan lingkungan kita dan menjaga kebersihannya.